Selasa, September 17, 2024
spot_img

Perekonomian RI Surplus di Atas 5%

JAKARTA | RMN Indonesia

Perekonomian RI mengalami surplus di atas 5% selama 7 kuartal berturut-turut. Bank Indonesia memprediksi pertumbuhan ekonomi terus berlanjut hingga kisaran 4,7-5,5%, pada kuartal III-2023. Laju pertumbuhan ekonomi Indonesia dipengaruhi kinerja perdagangan nasional.

Berdasarkan data BPS, neraca perdagangan (NP) nasional terus mengalami surplus dalam 41 bulan terakhir. Neraca perdagangan Indonesia yang positif disebut berdampak pada terkendalinya (defisit) transaksi berjalan.
Dalam laporan BI kuartal II 2023, kinerja transaksi modal dan finansial tetap terkendali. Hal itu ditopang investasi langsung atau Foreign Direct Investment (FDI) di tengah tingginya kondisi ketidakpastian pasar keuangan global. Investasi langsung yang solid mengindikasikan terjaganya persepsi positif investor terhadap prospek ekonomi domestik.

Kepala LNSW Agus Rofiudin menekankan pentingnya perdagangan antara negara dan FDI. Menurut Agus dua hal tersebut merupakan instrumen untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, serta menekan biaya konsumsi jasa sehingga lebih murah berdasarkan keunggulan komparatifnya.

“Perdagangan memungkinkan suatu negara mengkonsumsi barang dan jasa yang lebih murah dari negara lain berdasarkan keunggulan komparatifnya. Sedangkan FDI mendorong transfer teknologi serta modal manusia dan perbaikan kelembagaan dari negara maju ke negara berkembang,” kata Agus dalam keterangan tertulis, Senin (23/10/2023).

Kondisi tersebut menurutnya tidak hanya menekan biaya logistik, tapi juga membuat waktu transportasi semakin singkat serta membuka peluang kerja yang mendorong pertumbuhan bisnis.

“Efisiensi waktu pengiriman mendorong produktivitas dunia usaha yang berpengaruh positif pada daya saing nasional. Alhasil, kombinasi produktivitas dan daya saing, mendorong tumbuhnya perekonomian,” tambah Agus.

Rancangan APBN 2024 telah resmi disahkan melalui Pembicaraan Tingkat II (Paripurna) pada September 2023 lalu. Penyusunan anggaran ini diharapkan dapat menjadi ‘modal’ untuk menghadapi tantangan serta gejolak yang ada di tahun 2024.
Pemerintah memperkirakan tahun depan APBN akan berhadapan dengan situasi geopolitik yang belum jelas ujungnya. Ditambah dengan situasi perubahan iklim, kekhawatiran pandemi, dan digitalisasi.

Terkait hal ini, Agus melihat adanya tensi Geopolitik yang mereda dan bisa menyebabkan fragmentasi serta mempersempit antarngeara terutama perdagangan.

Berdasarkan World Trade Organization (WTO) dalam Global Trade Outlook-nya, volume perdagangan dunia tahun 2023 diproyeksikan hanya tumbuh 1,7% dan picking up di tahun 2024 sebesar 3,2%. (jr/you)

Related Articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Stay Connected

0FansSuka
3,912PengikutMengikuti
22,000PelangganBerlangganan
- Advertisement -spot_img

Latest Articles