Selasa, September 10, 2024
spot_img

 Baru Berkuasa, Mau Kayak Orba

JAKARTA | RMNIndonesia

 “Saya tentu tidak, apa, nurani saya ya terbuka dong, lho ini gimana sih? Maunya apa sih? Mari kalau mau bersaing,”

Pidato Ketua Umum PDIP Megawati Soekarno Putri, meledak-ledak saat mengungkit soal kekuasaan dan orde baru (Orba) dalam rakornas Relawan Ganjar-Mahfud di JIexpo Kemayoran, Jakarta.

“Mestinya Ibu (menceritakan dirinya sendiri -red) nggak boleh ngomong gitu, tapi sudah jengkel. Tahu nggak, kenapa? Republik penuh dengan pengorbanan, tahu tidak? Kenapa sekarang kalian yang baru berkuasa itu mau bertindak seperti zaman Orde Baru?” kata Megawati dikutip detikcom, Selasa (28/11/2023).

Ucapan Megawati tersebut disambut riuh oleh para relawan “Benar tidak? merdekaaa, merdeka, merdeka. Menang kita….? Ganjar-Mahfud satu putaran..?” kata Mega.

Dalam sambutan itu, Megawati kembali menyebut ada pihak yang seolah tidak hormat lagi meski sudah dibantu dalam banyak hal. Presiden RI ke-5 ini tak sungkan apabila harus kemudian bersaing dengan pihak tersebut. .

“Saya tentu tidak, apa, nurani saya ya terbuka dong, lho ini gimana sih? Maunya apa sih? Mari kalau mau bersaing,” imbuhnya disambut riuh para relawan.

Megawati kemudian menyebut, bagaimana cara kader-kader PDi Perjuangan menyemangatinya. Ia selalu disebut perempuan petarung. “Kita, saya kalau suka di PDI Perjuangan itu, kalau ke diri saya selalu bilang gini ‘Biar ibu ini perempuan tapi ibu petarung’,” katanya.

“Kalau di PDI Perjuangan menyemangati. Terus saya bilang, kita aja lambangnya banteng, mana ada banteng itu keok,” terangnya.

Terkait pidato Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri, Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto memaparkan maksud pidato Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri yang menyinggung pihak baru berkuasa mau bertindak seperti Orde Baru (Orba).

Ia menjelaskan, maksud pidato Megawati itu tidak terlepas dari putusan Mahkamah Konstitusi (MK). “Ya kita lihat sederhana saja bahwa lembaga yudikatif, seperti Mahkamah Konstitusi, saja bisa diintervensi oleh kekuasaan, sehingga ada proses yang tidak tepat karena melalui rekayasa hukum melalui campur tangan dari paman Gibran,” kata Hasto saat ditemui di Grand Mercure Kemayoran, Jakarta, Selasa (28/11/2023).

Peristiwa inilah yang disebut Megawati dan menyebut peristiwa itu sebagai ‘kekuasaan yang menindas’ dan hanya karena ambisi kekuasaan.”Inilah yang kemudian dilakukan koreksi, jangan lagi kekuasaan yang menindas itu dilakukan hanya karena ambisi kekuasaan. Itu yang dimaksud oleh Bu Mega,” ujarnya.

Hasto lalu mengatakan, dalam berpolitik, haruslah membangun peradaban dan dimulai dari proses yang baik serta taat hukum. “Karena berpolitik itu membangun peradaban, berpolitik dimulai dengan proses yang baik, dan kemudian semua harus menaati hukum dan peraturan perundang-undangan,” katanya.

Terakhir, Hasto mengajak seluruh partai politik peserta Pemilu 2024 berpolitik dengan baik dan jujur agar rakyat yang menentukan calon paling tepat untuk memimpin negara.

“Sehingga mari kita berpolitik itu dengan baik, dengan jujur, dengan berkeadaban biar rakyat yang memilih karena prestasinya, karena rekam jejaknya, memilih bukan karena pencitraan,” sambungnya. (jr)

Related Articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Stay Connected

0FansSuka
3,912PengikutMengikuti
22,000PelangganBerlangganan
- Advertisement -spot_img

Latest Articles