JAKARTA | RMNIndonesia
“Sudah menjadi rahasia umum kalau sebagian besar alat kerja di smelter-smelter milik China diimpor dari China juga. Bahkan sampai komponen terkecil seperti baut dan mur.”
Wakil rakyat di DPR meminta pemerintah untuk mengaudit semua smelter China di Indonesia. Itu menyusul terjadinya ledakan hebat di smelter PT. Indonesia Tsingshan Stainless Steel (ITSS) di kawasan Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP), kemarin.
Anggota Komisi VII DPR RI Mulyanto meminta kepad apemerintah menghentikan sementara (moratorium) semua operasional smelter perusahaan asal China di Indonesia.
Ia mendesak pemerintah melakukan audit semua smelter tersebut secara ketat karena serin terjadi kecelakaan kerja yang mengakibatkan korban jiwa. Audit dilakukan s ecara profesional, objektif dan menyeluruh terhadap aspek keamanan dan keselamatan kerja.
Jangan sampai karena ada pertimbangan politik, pemerintah mengabaikan aspek keamanan dan keselamatan kerja di perusahaan tersebut. “Sudah menjadi rahasia umum kalau sebagian besar alat kerja di smelter-smelter milik China diimpor dari China juga. Bahkan sampai komponen terkecil seperti baut dan mur. Marena itu kita perlu tahu kualitas barang yang selama ini dipakai untuk menunjang operasional smelter. Jangan-jangan barang dan suku cadang yang dipakai tidak memenuhi syarat yang ditentukan,” tutur Mulyanto, dikutip, Senin (25/12).
Ia mengaku prihatin atas peristiwa kecelakaan kerja yang terjadi lagi di Smelter perusahaan China. Kali ini mengakibatkan 35 orang menjadi korban, 13 orang diantaranya meninggal dunia.
Padahal beberapa waktu sebelumnya juga telah terjadi kecelakaan kerja di smelter PT. GNI yang mengakibatkan 2 orang meninggal dunia.
“Ini ledakan terbesar dalam sejarah pengoperasian smelter milik perusahaan China di Indonesia. Pemerintah agar sungguh-sungguh menindaklanjuti kasus ini. Kita perlu tahu apa penyebab dari ledakan smelter tersebut, apakah karena faktor lemahnya keandalan pabrik, murni faktor kelalaian manusia, atau sebab-sebab lain. Pemerintah bertanggung-jawab untuk mengusut tuntas kasus ini,” jelasnya.
Mulyanto menyebut peristiwa ini harus menjadi pelajaran berharga sehingga harus benar-benar dipahami dan menjadi momentum untuk mengevaluasi semua kesepakatan kerjasama dengan perusahaan China. Pemerintah harus mencari akar-masalahnya sehingga dapat dicegah kejadian seperti ini berulang di masa depan.
Ia juga meminta terkait korban dan keluarga korban, PT ITTS wajib bertanggung-jawab dalam pengobatan, perawatan, pemakaman dan pemberian santunan. (jr)