JAKARTA | RMNIndonesia
Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati memaparkan realisasi pembiayaan utang Rp 347,6 triliun pada tahun 2023.
“Ternyata realisasi defisit kita jauh lebih kecil yaitu Rp347,6 triliun, bayangkan hampir setengahnya dari original design, jadi defisit kita hanya 1,65% dari GDP,” ungkapnya dala suatu Konferensi Pers Kinerja dan Realisasi APBN di Jakarta, Selasa (2/1/2024).
Pada awal desain, lanjut Sri Mulyani, APBN kita defisit keseimbangan primernya di Rp 156,81 triliun. Kemudian direvisi Rp 38,5 triliun, lebih rendah namun ditutup dengan Rp 92,2 triliun surplus.
“Ini adalah surplus keseimbangan primer pertama kali sejak tahun 2012, jadi hampir 10 tahun lalu ini, sesuatu yang luar biasa,” tuturnya.
Adapun dari 2019 ke 2020, defisit melebar besar dari Rp348,7 triliun menjadi Rp947 triliun dari 2,2% dari GDP menjadi 6,4%.
“Ini karena pada saat covid 2020 pendapatan negara kita drop dari Rp1.960 triliun ke Rp1.647 triliun, pajak, PNBP, cukai semuanya mengalami penurunan, kepabeanan sih resilien tapi sama semua mengalami penurunan,” jelasnya.
Jika dirincikan, pendapatan negara di 2023 terkumpul sebesar Rp2.774,3 triliun atau mencapai 112,6% dari target awal APBN tahun anggaran 2023 yang sebesar Rp2.463 triliun, sebelum direvisi pada pertengahan tahun menjadi Rp 2.637,2 triliun pada Perpres 75/2023. Angka tersebut meningkat 5,3% yoy.
Kemudian, realisasi belanja negara tumbuh tipis sebesar 0,8% jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun lalu. Adapun, realisasi belanja negara telah mencapai Rp3.121,9 triliun atau mencapai 102% dari pagu 2023 atau 100,2% dari target Perpres 75/2023. (jr)