JAKARTA | RMNIndonesia
Pada perdagangan Senin (22/1), nilai tukar rupiah dibuka pada posisi Rp15.618 per dolar AS. Mata uang Garuda mengalami pelemahan sebesar 2 poin atau 0,02 persen dari posisi sebelumnya.
Mayoritas mata uang di kawasan Asia mengalami pergerakan yang bervariasi. Beberapa mata uang menguat, seperti won Korea Selatan sebesar 0,46 persen, baht Thailand sebesar 0,21 persen, dan dolar Singapura sebesar 0,06 persen. Sementara itu, yen Jepang menguat 0,15 persen, dan dolar Hong Kong menguat 0,01 persen. Di sisi lain, peso Filipina melemah 0,32 persen, dan ringgit Malaysia mengalami pelemahan sebesar 0,02 persen.
Di pasar mata uang negara maju, mayoritas mata uang terpantau menguat. Poundsterling Inggris menguat 0,04 persen, dolar Australia menguat 0,03 persen, euro Eropa menguat 0,03 persen, dan franc Swiss menguat 0,02 persen. Hanya dolar Kanada yang mengalami pelemahan sebesar 0,01 persen.
Analis pasar uang, Lukman Leong, memproyeksikan bahwa rupiah memiliki potensi untuk menguat terhadap dolar AS yang kembali melemah, terutama setelah data menunjukkan penjualan rumah turun ke tingkat terendah dalam 13 tahun. Namun, ia menekankan bahwa penguatan tersebut akan terbatas, mengingat sentimen konsumen yang kuat dan pernyataan hawkish dari Federal Reserve (The Fed).
Berdasarkan sentimen tersebut, Leong memproyeksikan bahwa rupiah berpotensi bergerak di kisaran Rp15.550 sampai Rp15.650 per dolar AS pada hari ini.(il/BDR)