JAKARTA | RMN Indonesia
Presiden terpilih Prabowo Subianto memiliki target besar untuk mewujudkan bahan bakar ramah lingkungan biodesel (B100). Namun, Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (APKASINDO) menilai kebijakan itu bisa membuat defisit minyak sawit (CPO).
Ketua Dewan Pimpinan Pusat DPP APKASINDO Gulat Manurung mengatakan program biodesel 35 atau B35 membutuhkan total CPO sebanyak 24,04 juta ton per tahun. Dengan rincian, total kebutuhan solar sebesar 33 juta ton per tahun, fame sawit sebesar 11,5 juta ton, CPO 11,37 juta ton sawit, dan kebutuhan domestik sektor pangan sebesar 10,3 juta ton dan sektor industri oleokimia sebesar 2,2 juta ton per tahun.
Bila kebutuhan biodesel ditingkatkan menjadi 40% atau B40 dengan asumsi kebutuhan solar, pangan, dan industri oleokimia sama, akan terjadi penambahan CPO untuk bahan bakar sebanyak 1,62 juta ton per tahun. Apabila dinaikkan menjadi B50, kebutuhan CPO untuk bahan bakar akan tambah menjadi 3,25 juta ton.
“Kami hitung di Dewan Minyak Sawit Indonesia, dengan asumsi kebutuhan stabil, tapi B yang meningkat, biodiesel. Apa yang terjadi? Pada B50 kita sudah minus 1,2 juta ton CPO,” ujar Gulat dalam acara Diskusi Publik Pencegahan Maladministrasi dalam Layanan Tata Kelola Industri Kelapa Sawit, dikutip Jakarta Senin (27/5).
Pada sisi lain, lanjut Gulat, produktivitas kelapa sawit masih stagnan. Ini dilihat dari total produksi minyak sawit mentah (CPO) dan minyak sawit inti (PKO) selama tiga tahun berturut-turut diangka 51 ribu ton. Padahal konsumsi dalam negeri terhadap produksi terus meningkat.
Dengan kondisi seperti itu maka memungkinkan ekspor CPO akan terhambat. Untuk itu, Gulat menuturkan, perlunya gebrakan untuk meningkatkan produktivitas minyak sawit agar program tersebut dapat terwujud. “Artinya kita enggak ada ekspor. Kalau enggak ada ekspor kita enggak dapat devisa,” imbuhnya.
Sebelumnya, Prabowo percaya Indonesia bisa swasembada energi terbarukan di masa depan. Energi terbarukan itu diproduksi dari tanaman seperti tebu dan singkong yang bisa menghasilkan etanol yang dimanfaatkan sebagai bahan bakar kendaraan pengganti bensin. (jr)