JAKARTA | RMN Indonesia
Menteri PPN/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa mengakui target presiden dalam penurunan kasus stunting masih jauh dari harapan.
Dalam paparannya saat rapat kerja dengan Komisi XI DPR RI, angka prevalensi stunting pada tahun 2023 di level 21,5%, turun sedikit dari tahun 2022 yang sebesar 21,6%. Padahal ia menyebut anggaran yang digelontorkan untuk penanganan stunting cukup besar.
“Stunting yang kita harapkan pada tahun 2024 yang dicanangkan Bapak Presiden sekitar 14% belum juga kita capai. Bahkan dari 2023 ke 2024 sedikit sekali penurunannya. Padahal anggarannya sudah cukup besar yang digelontorkan,” tuturnya dalam rapat di DPR RI, Senayan, Jakarta Pusat, dikutip Rabu (5/6).
Menurutnya, penanganan stunting dilaksanakan di tingkat pemerintah daerah. Selain itu tidak semua daerah di Indonesia diintervensi pemerintah pusat dalam pencegahan stunting.
“Kita kan tidak semua provinsi, kabupaten, kita intervensi. Kita intervensi saja ke daerah-dareah yang stuntingnya tinggi,” sebut dia usai rapat tersebut.
Menurutnya ada penurunan angka stunting pada daerah yang angka stuntingnya tinggi. Namun saat datanya dikolektif secara nasional, penurunan stunting tidak terlalu signifikan.
“Sebenarnya kalau lihat intervensi yang stuntingnya tinggi, itu signifikan turunnya. Tapi begitu dibuat secara nasional, kelihatannya penurunannya nggak terlalu signifikan. Begitu juga dalam hitungannya, cara menghitungnya. Kan ada juga yang baru masuk lagi anak-anak yang stunting,” bebernya.
Oleh karena itu, pemerintah menurunkan target stunting di tahun 2025 atau periode Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka menjadi 18,80%. (jr)