JAKARTA | RMN Indonesia –
Panitia penyeleksian Kepala Direktorat Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi di Kementerian Pendidikan, Budaya, Ristek dan Teknologi (Kemendikbudristek), nyaris kecolongan. Sebab, salah satu peserta Alex Denni ditangkap Kejari Kota Bandung atas dugaan korupsi proyek pengadaan jasa saat menjabat sebagai Deputi Bidang SDM Aparatur KemenPAN-RB. Untungnya, Alex Denni tidak lolos ke tahap selanjutnya.
Saat ini Panitia Seleksi Kepala Dirjen Vokasi yang diketuai oleh Sekretaris Jenderal Kemendikbudristek Suharti, telah mengerucutkan peserta seleksi Dirjen Vokasi menjadi 11 orang. Mereka adalah, Syaifullah, Jonni Afrizon, Aisyah Endah Palupi, Ari Indarto Sutjiatmo, Gede Sri Darma, Mochamad Lutfi Firdaus, Sutrisno, Joko Triyono, Arip Rahman Sudrajat, Farkhan, Lukman.
Namun, diantara 11 peserta ada yang pernah menjabat sebagai pejabat struktural di Kementerian lainnya. Contohnya adalah Jonni Afrizon yang pernah menjabat sebagai Kepala Pusat Pengembangan Pendidikan Vokasi Industri (PPPVI) di Kementerian Perindustrian (Kemenperin) dan Syaifullah yang pernah menjabat sebagai Direktur Manajemen Industri Kemenparekraf/Baparekraf. Selain itu ada juga peserta yang berasal dari dunia pendidikan vokasi yakni Farkhan dan Lukman.
Terkait hal ini, ketua panitia seleksi Kepala Dirjen Vokasi dalam hal ini,Suharti, harus pintar dalam menyeleksi para peserta. Bercermin dari kasus Alex Denni, harus bisa memilih Kepala Dirjen Vokasi dari praktisi pendidikan.
Hal ini pernah diungkapkan langsung oleh Wakil Ketua Komisi X Dede Yusuf terkait Kepala Dirjen Vokasi yang harus ahli dalam dunia pendidikan vokasi yakni praktisi pendidikan. Tak hanya itu, sosok Dirjen Vokasi terpilih harus bisa menyelesaikan masalah-masalah yang terjadi di dunia pendidikan vokasi.
“Harus orang yang ahli dong, Harus orang yang memang mengerti bidang pendidikan Vokasi. Kalau bisa seorang praktisi pendidikan yang memang sudah tahu permasalahan-permasalahan di dunia pendidikan vokasi,” ujarnya ketika dihubungi, belum lama ini.
Saat ini, kata Dede Yusuf, sering terjadi permasalahan klasik yakni serapan dunia kerja tidak sesuai dengan kurikulum yang ada di dunia pendidikan yang sangat tidak populer di mata Gen Z. “Permasalahan-permasalahan teknis seperti itu, tentunya menjadi hal yang paling penting untuk menjadi fokus Dirjen terpilih nanti,” kata Dede Yusuf.
Dede menjelaskan, secara umum pekerjaan rumah pendidikan vokasi terus mengoptimalkan lulusan terampil yang siap diserap di dunia kerja atau industri. “Bukan hanya siap, tetapi kompetitif-kompeten-resilience disertai dengan sertifikasi yang relevan, yakni membangun SDM unggul terampil,” tuturnya.
Dede juga menjelaskan bahwa Dirjen vokasi juga harus bisa menyelesaikan masalah mismatch di dunia vokasi yang dioptimalkan dengan penguatan pendidikan vokasi, riset terapan yang inovatif, magang, dan program merdeka belajar.
“Kolaborasi link and match dengan dunia usaha, dunia industri juga jangan hanya agenda seremonial seperti perjanjian kerja sama tanpa eksekusi yang cermat, hal tersebut penting ditekankan mengingat fenomena ketenagakerjaan yang begitu dinamis,” ucap Dede.
Lebih lanjut, Dede mengatakan, penguatan SDM pengajar juga tak kalah penting. Dirjen vokasi harus mampu meng-upgrade para pengajar dengan sering melakukan sertifikasi dan uji kompetensi.
“Masalah kurikulum memang masih menjadi catatan, terlebih harus adaptif dengan perkembangan zaman, tak terkecuali fenomena transisi pandemi ke endemi dimana sistem kerja hibrida seperti luring-daring menjadi hal yang wajar,” katanya.
Terakhir, Dede mengharapkan Dirjen terpilih adalah sosok yang benar-benar paham dan unggul dalam kompetensi manajemen per-vokasi-an. Bebas dari intervensi dan intrik politik, dan berkomitmen dengan kerja teknis lapangan sesuai dengan nafas vokasi sebagai ilmu terapan, bukan hanya retorika saja.
“Jika sudah terpilih, Kemendikbud bisa langsung berlari kencang menerapkan program-programnya. Dirjen Vokasi merupakan direktorat yang sangat strategis dalam mengeksekusi program-program prioritas pembangunan SDM unggul,” ujarnya.
Sementara itu, ketika dimintai tanggapannya mengenai penyeleksian kepala Dirjen Vokasi, Sekretaris Jenderal Suharti, enggan untuk berkomentar. “maaf ya nggak bisa,” ucapnya saat ditemui di Vokasi Fest 2024, di Lapangan Banteng, Jakarta Pusat, Sabtu (20/7/2024).
Sekedar informasi, ejari Kota Bandung menangkap mantan Deputi Bidang SDM Aparatur KemenPAN-RB, Alex Denni. Dia akan dieksekusi ke penjara setelah divonis satu tahun kurungan penjara pada kasus korupsi proyek pengadaan jasa konsultan analisa jabatan atau distinct job manual (DJM) PT Telkom tahun anggaran 2003 silam.
Kasi Intel Kejari Kota Bandung Wawan Setiawan menerangkan, rekam jejak Alex Denni terdeteksi saat ia hendak mendaftar seleksi terbuka di Kemendikbudristek untuk Kepala Dirjen Pendidikan Vokasi. Dalam tahap fit and proper test, rekam jejak Alex Denni pun akhirnya terbongkar dengan statusnya sebagai terpidana yang belum menjalani masa tahanan.
“Karena pada saat fit and proper test periode sebelumnya, itu belum muncul pada saat itu. Munculnya itu setelah dia melakukan open bidding di Kemendikbudristek, rekam jejaknya akhirnya terbongkar belum dieksekusi atas putusan kasus korupsi. Sampailah informasi itu ke kami, hasilnya kami lakukan eksekusi semalam,” pungkasnya. (hmi)