JAKARTA | RMN Indonesia
Presiden Jokowi meresmikan pabrik Anoda di Kendal Jawa Tengah. Pabrik ini akan menggunakan produk Pertamina sebagai bahan baku, tepatnya artificial graphite yang diperoleh dari pengolahan petroleum coke yang merupakan produk sampingan dari pengolahan minyak mentah, bisa dibilang petroleum coke adalah limbah yang memiliki nilai tinggi.
Petroleum coke yang diubah menjadi artificial graphite itu didapatkan langsung dari pengolahan minyak bumi di Kilang Pertamina Dumai, Riau.
Hal ini diungkapkan langsung oleh Deputi Bidang Koordinasi Investasi dan Pertambangan Kemenko Marves Septian Hario Seto.
“Bahan baku utama anoda ini kita ambil dari artificial graphite ya yang diproses dari petroleum coke yang dihasilkan oleh kilang Pertamina di Dumai. Ini adalah hilirisasi dari produk kilang migas ya yang dimiliki Pertamina,” ujar Seto dalam keterangannya di video Sekretariat Presiden, dikutip Rabu (7/8).
Seto menjelaskan bahan anoda sendiri adalah komponen utama dari pembentuk baterai lithium. Bahan anoda bertindak sebagai sumbu negatif dalam sebuah baterai, sementara sumbu positifnya adalah katoda.
Menurut Seto katoda sendiri dihasilkan dari pengolahan nikel yang sudah dilakukan di Indonesia semenjak mineral itu dilarang untuk diekspor mentah pada 2019. “Komponen pembentuk utama adalah nikel,” sebut Seto.
Maka dari itu, Seto menilai peresmian pabrik anoda di Indonesia melengkapi rencana hilirisasi pemerintah untuk membentuk ekosistem baterai listrik.
“Dengan adanya peresmian pabrik bahan baterai anoda pada hari ini oleh bapak presiden sebenarnya menegaskan bagaimana program hilirisasi kita di Indonesia tadinya dimulai dari nikel sekarang sudah berkembang sangat banyak. Tidak hanya nikel, kita lakukan tembaga juga,” tegas Seto. (jr)